PENYAKIT YANG
MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA SAPI
BRUCELLOSIS PADA SAPI
Etiologi :Pada
sapi di sebabkan oleh Brucella abortus, merupakan zoonosis,
gram-negatif coccobacillus, ditularkan melalui konsumsi janin, plasenta,
leleran rahim, atau bahan yang tercemar oleh produk tersebut.
Gejala
Klinis :Pada sapi gejala klinik yang mencolok terjadi abortus, terutama
pada usia kebuntingan lanjut (7-8 bulan). Umumnya sapi hanya mengalami
keguguran sekali saja pada kebuntingan yang brurutan. Meskipun demikian induk
sapi yang mengalami keguguran tersebut masih membawa Br. abortus sampai 2
tahun. Sapi yang terinfeksi secara kronik dapat mengalami higroma (pembesaran
kantong persendian karena berisi cairan bening atau fibrinopurulen).
Diagnosis :
-Untuk screening digunakan uji rose
bengal atau rapid agglutination test.
-Jika positif terhadap uji rose bengal perlu dilanjutkan dengan uji reaksi
pengikatan komplemen (Complement Fixation Test) atau ELISA.
-Untuk daerah baru pengukuhan diagnosis harus dilanjutkan dengan isolasi
Br.abortus.
-Uji serum aglutinasi pada manusia sering ditemukan negatif palsu meskipun
sebenarnya mempunyai titer yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini digunakan uji
coombs atau anti human globulin test, disamping uji serum agglutinasi dan uji
pengikatan komplemen.
-Isolasi Br.abortus pada sapi dilakukan
dengan mengirimkan cairan, membran fetus, susu, kelenjar limfe supramamaria
dalam keadaan segar dan dingin ke laboratorium.
Penanganan :Pada
hewan khususnya sapi kasus brucellosis umumnya tidak berespon baik terhadap
pengobatan. Oleh karena itu tindakan yang dilakukan didasarkan pada tinggi
rendahnya prevalensi penyakit di suatu daerah. Pada daerah dengan prevalensi
<> 2% dilakukan vaksinasi menggunakan vaksi Br. abortus strain 19.
LEPTOSPIROSIS
Etiologi :Penyebabnya
yaitu Leptospira pomona, Leptospira gripothyposa, Leptospira conicola,
Leptospira hardjo.
Penularan :Cara penularannya
melalui kulit terbuka/ selaput lendir (mulut, pharynx, hidung,
mata) karena kontak dengan makanan dan minuman yang tercemar.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak diantaranya : anoreksia (tidak
mau makan), produksi susu turun, abortus pada pertengahan
kebuntingan dan biasanya terjadi retensi plasenta, metritis dan infertilitas.
Penanganan :Pengendalian
kejadian leptospirosis meliputi sanitasi yang baik, isolasi hewan yang sakit
serta hindari pakan dan minuman dari pencemaran, vaksinasi denganserotipe (jenis)
leptospira yang ada di daerah tersebut. Pengobatan dengan antibiotika dosis
tinggi, 3 juta IU penicillin dan 5 gr streptomycin (2x sehari).
VIBRIOSIS
Etiologi :Penyebabnya
adalah Vibrio fetus veneralis atauCampylobacter foetus
veneralis.
Penularan :Dapat
menular melalui perkawinan dengan pejantan tercemar.
Gejala
Klinis :Gejala yang timbul diataranya : endometritis dan
kadang – kadang salpingitis dengan leleranmukopurulen,
siklus estrus diperpanjang ± 32 hari, kematian embrio, abortus pada
trisemester 2 kebuntingan dan terjadinya infertilitas karena
kematian embrio dini.
Penanganan :Pengendaliannya
yaitu dengan cara IB dengan semen sehat, istirahat kelamin selama 3 bulan pada
hewan yang terinfeksi, vaksinasi dengan bakterin 30-90 hari sebelum dikawinkan
atau setiap tahun. Pengobatan dengan infuse (pemasukan)
antibiotika spektrum luas secara intra uterin, injeksi pejantan
dengan dihydrostreptomisin dosis 22 mg/kg BB secara subkutan (di bawah kulit).
TUBERKULOSIS
Etiologi :Penyebabnya
adalah Mycobacterium bovis.
Penularan :Dapat
menular melalui ekskresi, sputum (riak), feses, susu, urin, semen, traktus genitalis (saluran
kelamin), pernafasan, ingesti dan perkawinan dengan hewan yang sakit.
Gejala Klinis :Gejala yang nampak
diataranya : abortus, retensi plasenta, lesi uterus
bilateral, salpingitis dan adhesi(perlekatan)
antara uterus. Penanganan dan pencegahan diantaranya dengan sanitasi kandang
dan lingkungan, pengobatan dengan antibiotika, isolasi hewan yang terinfeksi
dan vaksinasi.
IBR- IPV
Etiologi :Penyebabnya
adalah virus herpes dengan tingkat kematian prenatal dan neonatal cukup tinggi.
Penularan :Penularan
dapat melalui air, pakan, kontak langsung maupun tidak langsung.
Gejala Klinis :Gejala yang nampak
dalam berbagai bentuk, yaitu :
· Respiratorik bagian
atas (demam, anorexia, depresi, leleran hidung, nodula/
bungkul-bungkul pada hidung,pharynx, trachea, batuk,
penurunan produksi susu).
· Konjungtival (hiperlakrimasi dengan
eksudatmukopurulen, konjungtiva merah dan bengkak, adanya pustula pada
konjungtiva dan ulcer nekrotik.
· Digestif neonatal
( septikemia, lesi pada mulut, larynxdan pharynx).
· Meningoencepalitis (kelesuan,
inkoordinasi, tremor, mati dalam 3-4 hari).
· Vulvovagina (septikemia, pustula dan ulcer pada
vagina dan vulva disertai leleran purulen).
· Preputial (pustula dan ulcer pada
penis dan preputium).
· Abortus dan prenatal (abortus pada
trisemester kebuntingan).
· Intrauterina (endometritis
nekrotik, uterus tegang danedematus).
Penanganan :Pemberian
antibiotik, karantina hewan dan istirahat kelamin selama 3-4 minggu, vaksinasi
kombinasi (IBR, IPV dan BVD-MD).
BVD-MD
Etiologi :Virus
BVD-MD.
Gejala
Klinis :menyerang sapi dengan gejala: demam tinggi, depresi,anorexia,
diare, lesi pada mukosa mulut dan sistem pencernaan, abortus pada
2-9 bulan kebuntingan serta terjadinya kawin berulang.
Penanganan :Pengobatan
dengan pemberian antibiotika, pencegahan dengan vaksinasi umur 9-10 bulan.
Sanitasi dan desinfeksi kandang dan lingkungan penting untuk diperhatikan.
EBA (Epizootik Bovine Abortion)
Etiologi :Penyebabnya
Chlamydia atau Megawanella.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak :abortus pada 4-9 bulan
kebuntingan, stillbirth (lahir kemudian mati), jika fetus
lahir maka lemah, retensi plasenta.
Penanganan :Pengobatan
dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika. Sedangkan pengendaliannya dapat
dilakukan dengan isolasi/ karantina hewan yang sakit, vaksinasi, sanitasi dan
desinfeksi kandang.
TRIKOMONIASIS
Etiologi :Penyebabnya Trichomonas
fetus, merupakan penyakit kelamin menular pada sapi yang ditandai dengan
penurunan kesuburan (S/C tinggi), abortus dini (4 bulan
kebuntingan/trisemester pertama kebuntingan).
Penularan :Penularan dengan kawin
alam maupun dengan IB.
Penanganan :Pengendaliannya dengan:
· IB dengan pejantan
sehat
· Istirahat kelamin
· Pemberian antibiotik
intra uterin pada betina terinfeksi.
· Pemberian estrogen/
PGF2α
· Pejantan kronis diberi
bovoflavin/ metronidazole atau dieliminasi.
TOXOPLASMOSIS
Etiologi :Penyebabnya Toxoplasma
gondii, bersifat zoonosis sehingga dapat menyerang manusia.
Penularan : Penularan melalui
pakan/ minum yang tercemar denganookista.
Gejala
Klinis :Gejala yang nampak diataranya: demam, gangguan nafas dan
syaraf, abortus, prematur maupun lahir lemah.
Penanganan :Pengobatan
dengan antibiotika, kombinasi antara preparat sulfa (sulfadiazin) dan
pyrimethamine. Pencegahan dengan menjaga sanitasi dan desinfeksi kandang serta
lingkungannya.
PENYAKIT YANG
MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA BABI
Etiologi :adalah penyakit, akut virus menular pada babi yang
disebabkan oleh Swine vesicular disease virus, yaitu Enterovirus.
Patogenesis :Hal
ini ditandai dengan demam dan vesikel dengan bisul berikutnya di mulut dan di
moncong, kaki, dan dot. patogen relatif tahan terhadap panas, dan dapat
bertahan untuk waktu yang lama di asin, kering, dan produk daging asap.
Gejala Klinis :
1. Demam
2. Vesikel di mulut dan di
moncong dan kaki
3. Kepincangan dan gaya
goyah, menggigil dan gerakan kaki menghentak-jenis
4. vesikula Ruptur dapat
menyebabkan borok pada tungkai dan kaki, dan bantalan kaki mungkin
longgar. hewan muda lebih parah terpengaruh.Pemulihan sering terjadi dalam
seminggu. Tidak ada kematian dengan SVD.
Pencegahan :Tidak
ada vaksin untuk SVD. tindakan Pencegahan adalah sama dengan yang untuk
penyakit kaki-dan-mulut: hewan mengendalikan diimpor dari daerah tertular,
sanitasi dan pembuangan sampah dari pesawat udara internasional dan kapal, dan
memasak menyeluruh sampah. hewan yang terinfeksi harus ditempatkan di karantina
ketat. Pemberantasan tindakan untuk penyakit ini termasuk mengkarantina daerah
tertular, depopulasi dan pembuangan babi yang terinfeksi dan kontak, dan
pembersihan dan desinfeksi tempat yang terkontaminasi.
BRUCELLOSIS
BABI
Etiologi :Brucella
suis ditularkan melalui kontak langsung dengan janin gugur dan
sekresi, serta perkawinan.
Cara
Penularan : Brucellosis ditularkan melalui ingesti bakteri yang terdapat dalam susu,
fetus abortus, membran fetus, dan cairan uterus atau kopulasi dan inseminasi
buatan. Pada sapi jantan, bakteri ini dapat ditemukan dalam semen yang
dihasilkan. Pada domba, brucellosis juga diketahui dapat ditularkan antar domba
jantan melalui kontak langsung. Infeksi biasanya tahan lama pada domba jantan
dan B. ovis akan diekskresikan dalam persentasi yang tinggi secara intermiten
selama kira-kira ≥4 tahun. Brucellosis dapat ditularkan ke manusia melalui
konsumsi susu segar dan produk susu dari hewan yang terinfeksi atau kontak
langsung dengan sekresi, ekskresi, dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi,
seperti jaringan, darah, urin, cairan vagina, fetus abortus, dan plasenta.
Patogenesis :Babi
terinfeksi atau induk babi mungkin mengalami dengan infertilitas. Selain itu,
aborsi dapat terjadi di trimester pertama, jika infeksi terjadi pada
peternakan, dan selama akhir kebuntingan jika infeksi terjadi setelah hari
ke-35 dari kebuntingan. Organisme ini
memiliki potensi zoonosis.
Gejala
Klinis : Gejala klinis brucellosis pada babi mirip dengan gejala pada sapi dan
kambing. Gejala yang umum muncul adalah aborsi, sterilitas sementara atau
permanen, orchitis, kepincangan, paralisis posterior, spondylities, dan
terkadang dapat juga terjadi metritis dan pembentukan abses pada ekstrimitas
atau bagian lain dari tubuh. Kejadian aborsi dapat berkisar antara 0 – 80% dan
dapat terjadi pada awal kebuntingan sehingga tidak terdeteksi. Hewan yang
demikian akan segera kembali ke siklus estrusnya. Timbulnya sterilitas adalah
umum dan itu dapat menjadi satu-satunya gejala klinis yang timbul. Oleh karena
itu, bila ada sterilitas dalam sekelompok hewan maka brucellosis akan menjadi
kecurigaan utama.
Diagnosa
Banding : Diagnosa banding brucellosis pada babi adalah penyakit lain yang
menyebabkan aborsi, orchitis, arthritis, paralisis posterior, dan kepincangan.
Aborsi di babi dapat juga disebabkan oleh Aujeszky’s disease (pseudorabies),
leptospirosis, erysipelas, salmonellosis, streptococcidiosis, classical swine fever
and porcine parvovirus infection.
Pencegahan :Babi
yang dicurigai brucellosis harus dilaporkan kepada petugas kesehatan hewan.Kehati-hatian sangat
diperlukan saat membeli individu babi yang memiliki titer aglutinin yang
rendah, kecuali bila status kelompok asal babi tersebut diketahui. Babi yang
telah dibawa keluar dari peternakan harus selalu diisolasi terlebih dahulu
sebelum digabungkan dengan kawanannya. Babi baru sebaiknya dibeli dari
peternakan yang diketahui bebas brucellosis, atau diuji dan diisolasi selama 3
bulan, kemudian diuji sekali lagi sebelum digabungkan dengan kelompok ternak.
Pengendalian penyakit didasarkan pada pengujian dan pemisahan serta pengafkiran
ternak yang terinfeksi karena tidak ada vaksin yang tersedia maupun pengobatan
yang dapat dianjurkan.
LEPTOSPIROSIS
BABI
Etiologi : Leptospirosis pada
babi disebabkan oleh
1. Leptospira ponoma
2. Leptospira Bratislava
3. Leptospira icterohaemorrhagine
Leptospirosis
disebabkan oleh spiroceta gram-negatif. Transmisi terjadi melalui kontak mulut,
hidung atau mukosa mata dengan air kencing terkontaminasi.
Diagnosa :
· Leptospira tidak mudah
tampak dalam liver-smear secara natural walaupun dengan dark-ground
illumination (penerangan dengan latar belakang gelap)
· Namun dengan pewarnaan
metode Levaditi akan ditemukan Leptospira pada sisi hati, ginjal, maupun
glandula lymphatic abdominal yang mengalami hemoragi
· Leptospira bisa tampak
pada darah atau organ babi yang diinjekssi dengan organisme ini
Diferensial
Diagnosa :
· brucellosis
· parvovirus
· SMEDI (stillbirth,
mummification, embryonic death, and infertility)
Patogenesis :Babi
merupakan hospes pemeliharaan untuk serogrupPamona, Australis dan Tarassovi,
sedangkan infeksi insidental terjadi dengan strain dari Canicola,Icterohaemorrhagiae, dan
serogrup Grippotyphosa. Infeksi akut leptospirosis umumnya
asimtomatik. Namun, Leptospirosis kronis dapat bermanifestasi sebagai aborsi,
lahir mati, infertilitas, dan kelahiran anak babi yang lemah. Leptospirosis
adalah zoonosis penting untuk peternak dan staf rumah potong hewan yang kontak
dengan babi.
Pencegahan :
· Vaksinasi
· Perawatan
· Kebersihan kandang
· mengasingkan babi yang
terinfeksi
· sumber minuman yang
baik
Etiologi : penyakit
reproduksi babi yang disebabkan oleh parvovirus babi (PPV) dan Enterovirus
babi. Istilah ini SMEDI biasanya menunjukkan Enterovirus babi, tetapi juga bisa
menunjukkan parvovirus babi, yang merupakan penyebab lebih penting dari
sindrom.SMEDI menyebabkan aborsi, kematian neonatal, dan penurunan
kesuburan pejantan. Penyakit ini disebarkan paling sering oleh konsumsi
makanan dan air yang terkontaminasi dengan kotoran yang terinfeksi dan
kadang-kadang melalui kontak seksual dan kontak dengan jaringan
dibatalkan. Vaksin tersedia (ATCvet kode: QI09AA02).
Patogenesis :
Hal ini tergantung pada usia hewan yang
terkena dan efisiensi sistem kekebalan tubuh. perlindungan Colostral
berlangsung sampai usia 5 bulan, setelah itu menurun untuk semua waktu rendah
untuk meningkatkan lagi di sekitar 12 bulan.
· Prenatal infeksi:
virus perjalanan dari induk yang terinfeksi kepada janin melalui plasenta.
Dalam hal ini, waktu kehamilan menentukan hasil infeksi.
- Jika janin akan terinfeksi dalam 30 hari pertama kehidupan janin, Anda
memiliki kematian dan penyerapan semua, atau sebagian janin. Dalam hal ini,
Anda mungkin memiliki kelahiran anak babi yang sehat, immunotollerant.
- Jika infeksi terjadi pada 40 hari, Anda memiliki kematian dan
mumifikasi. Juga dalam kasus ini, beberapa atau semua janin yang terlibat, yaitu
beberapa janin bisa lahir carrier sehat dan immunotollerant, atau penyakit.
- Jika virus melintasi plasenta pada trimester terakhir, Anda mungkin
telah kematian neonatal, atau kelahiran anak babi yang sehat dengan
pra-colostral kekebalan protektif.
· Postnatal infeksi
(babi sampai usia 1 tahun). Infeksi terjadi oro-sengau, diikuti dengan periode
viremic terkait dengan leukopenia sementara.
· Infeksi pada orang
dewasa (lebih dari 1 tahun). subjek ini akan memiliki sistem, aktif kekebalan
pelindung yang melindungi mereka, meskipun mereka harus kawin dengan laki-laki
yang terinfeksi (yang rahasia virus dengan sperma).
Oleh karena itu, penting untuk dicatat
bahwa virus sangat berbahaya bagi menabur dalam kehamilan pertama, yang akan
pada usia 7-8 bulan, karena ia akan memiliki jumlah antibodi yang sangat rendah
pada usia ini dan dengan mudah dapat kontrak virus melalui kopulasi.
Diagnosa :Histologi, lesi dalam
miometrium karena infiltrasi monosit.Perkembangan janin
terhambat, kongesti superficial yang berhubungan dengan hemoragi dan
dehidrasi yang menyebabkan mumifikasi janin.
PARVOVIRUS
BABI
Etiologi :Parvovirus
Babi adalah endemik di sebagian besar peternakan, dengan banyak babi yang
menunjukkan kekebalan aktif terhadap virus.
Patogenesis :Babi
yang tidak memiliki kekebalan terhadap parvovirus babi sebelum konsepsi berada
pada resiko tinggi infeksi dan penyakit reproduksi.
Gejala
klinis :Virus ini ditransmisikan oronasal dan transplacenta. Klinis
bermanifestasi sebagai tanda kegagalan reproduksi. Infeksi embrio pada hari
10-30 dari hasil kebuntingan di resorpsi dan kembali estrus tidak teratur.
Infeksi pada janin pada hari 30-70 dari hasil kebuntingan di mumifikasi,
sedangkan infeksi setelah hari 70 hasil dalam imunokompeten anak babi sehat.
Tanda-tanda klinis lain mungkin meliputi infertilitas, lahir mati, kematian
neonatal, dan pengurangan vitalitas neonatal. Selama infeksi transplasenta,
sebagian dari anak mungkin terinfeksi, dengan sebagian intrauterina menyebarkan
virus ke anak yang lain. Dengan demikian, kombinasi dari resorpsi, mumifikasi,
dan stillbirths bisa terjadi bersamaan dalam janin tunggal.
DEMAM
BABI KLASIK (CLASICAL SWINE FEVER) / HOG CHOLERA
Etiologi :disebabkan
oleh Pestivirus. Babi juga rentan
terhadapduapestiviruslain, bovine virus diare dan penyakit. Babi
adalahsatu-satunyahospesalami virus demam babi klasik.
Transmisiterjadimelaluikontakoronasaldengan babi yang terinfeksi,
konsumsipakanterkontaminasi, yang tersebar di udarajarakpendek, secara
tidaklangsunglewatmuntahan, dan berpotensimelalui air mani.
GejalaKlinis :tanda-tanda
klinistermasukdemam, anoreksia, konjungtivitis, diare, dan tanda-tanda
pernafasan.
Patogenesis :transplasentainfeksidapatterjadi
pada setiaptahapkebuntingan dan mengakibatkanaborsi, mumifikasi dan
stillbirths. Infeksi pada 50-70 haridarikebuntingandapatmengakibatkankelahiran
babi viremia. Anak babi initampak normal pada awalnya,
tetapikemudianmengembangkan tremor bawaan dan menurunkanberatbadan. Mereka
melayani sebagai terus-menerus reservoir virus demam babi klasik.
ENTEROVIRUS
BABI DAN TESCHOVIRUS
Etiologi :Enterovirus
Babi dan teschovirus adalah picornavirus [50]. Transmisi adalah melalui rute
fecal-oral, tapi transmisi oleh bersin juga mungkin terjadi.
Patogenesis :Induk
babi mungkin mengalami infertilitas, kematian embrio, lahir mati, dan
mumifikasi, tanpa tanda-tanda klinis lain.
TOKSOPLASMOSIS
BABI
Etiologi :Toxoplasma
gondii, Toksoplasmosis terjadi melalui konsumsi makanan, air atau tanah yang
terkontaminasi dengan oosista bersporulasi atau melalui konsumsi daging yang
mengandung kista jaringan [60].
Patogenesis :Sedangkan
kebanyakan infeksi tanpa gejala, aborsi mungkin terjadi [60,61]. Selain itu,
babi mungkin akan lahir prematur, mati, lemah, atau mati segera setelah lahir
[60].
Pencegahan :Pencegahan
toksoplasmosis pada babi adalah penting untuk mencegah infeksi manusia melalui
mengkonsumsi daging babi mentah.
PENYAKIT ANTHRAX
Epidemi :Anthrax
adalah suatu penyakit pada hewan menyusui dan manusia, yang disebabkan oleh
spora bakteri yang disebut Bacillusanthracis, Anthrax telah dan hampir menyebar
di seluruh dunia dan bersifat penyakit zoonosis, yang berarti bisa ditularkan
dari hewan kepada manusia. Anthrax merupakan penyakit yang indemik di
Indonesia, kejadian sporadis diseluruh negara mengikuti kondisi lingkungan,
Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur
telah dilaporkan terjadi wabah anthrax pada hewan ternak pada tahun 2005.
Etiologi :Baccillusanthracis
adalah bakteri gram positip, didalam tubuh hewan atau manusia dia adalah
bakteri yang bersifat aerob.
Inang/ Hospes :Hewan memamah biak
seperti sapi, domba dan kambing.
CaraPenularan :Melalui
kontak langsung maupun tidak langsung, Anthrax masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pencernaan (Ingesti), Paru paru (inhalasi) atau kulit
(cutaneouse).Walaupun kejadiannya jarang, tetapi mungkin anthrax masuk ke dalam
tubuh dengan cara penularan mekanik / tidak langsung. Gigitan lalat dan
serangga lain yangmungkin membawa anthrax stadium vegetatip.
Gejala
Klinis :Pada Babi,anjing dan kucing, tidak ada nafsu makan, biasanya
memperlihatkan kebengkakan yang menciri pada lymponodes di leher. Yang
menyebabkan susah menelan dan bernafas karena termakannya bakteri.
Berdasarkan Jalan
masuknya penyakit menjadi ciri khas gejala klinis (pada manusia dan hewan):
1. Anthrax tipe penafasan/paru-paru
(pneumonic, respirasi, atau inhalasi) (biasanya pada manusia):
Anthraxtipe inhalasi adalah fatal ,
dengan angka kematian mendekati 100 %. Demam tinggi, gelisah, susah bernafas,
kegagalan bernafas, kejang, mati.
2. Anthrax tipe pencernaan (pad manusia dan
hewan):
Infeksi pencernaan dapat diobati tetapi
angka kematiannya biasanya adalah 25 - 60 % tergantung dari pengobatan yang
segera datang atau lambat. Demam,gelisah, tidak ada nafsu makan, diare, kejang,
mati.
3. Anthrax tipe kulit (biasanya pada
manusia):
Anthrax tipe kulit adalah bentuk yang
kurangfatal jika diobati. Tetapi tanpa pengobatan mendekai 20 % kasus infeksi
bentuk kulit menimbulkan toksemia dan mati.Infeksi antrax pada kulit terlihat
seperti lukabakar yang pada akhirnya membentuk ulcer dengan warna hitam di
tengahnya.
Diagnosa Banding :Per
acute black leg; Malignant edema; Bacillary hemoglobinuria; Hypomagnesemic
tetany; Enterotoxaemia
Pencegahan :
Pencegahan secara Sanitasi
1. Isolasi dari hewan yang sakit dan hewan yang pernah kontak dengan yang
sakit.
2. Musnahkan bangkai.
3. Disinfeksi.
4. Lindungidaerah bebas.
Pencegahan secara medis
1. Vaksin.
2. Umumnya menggunakan vaksin aktip.
PENYAKIT YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA KUDA
CONTAGIUS EQUINE METRITIS (CEM)
Etiologi :Disebabkan
oleh bakteri Taylorella equigenitalis. Kasus pertama
di diagnosis di Inggris pada tahun 1977.Karena sifat berbahaya dari
penyakit ini, sulit untuk menentukan asal atau seberapa
luas itupenyebarannya di seluruh dunia.
Transmisi :CEM
biasanya ditularkan secara langsung selama koitusdengan kuda yang
positif CEM. Transmisi juga dapat terjadi secara tidak langsung
melalui inseminasi buatan, seperti tangan yang terkontaminasi atau
instrumen. Kuda jantan adalah sumber infeksi untuk wabah penyakit
akut. Selama musim kawin, kudacarier dapat menginfeksi beberapa kuda
sebelum penyakit tersebut terdiagnosis.
Tanda-tanda klinis :
Adanya tanda infertilitas, gagal untuk
bunting setelah kuda dikawinkan. Kasus aborsi pada CEM jarang terjadi.
Ada tiga tingkatan umum infeksi
pada kuda :
• Akut: adanya peradangan
aktif pada uterus terciri dengan penebalan, adanya mucoid vulvar
dischargeberlangsung 10 sampai 14 hari setelah dikawinkan.
• kronis: radang uterus yang lebih ringan adanyaobvious vulvar
discharge, dan infeksi lebih sulit untukditerapi.
• Carrier: Bakteri
ini berkembang dan
menetap padasaluran reproduksi.Meskipun terlihat tanpa
gejala, masih menularkan penyakit dan dapat tetap menjadipembawa selama
beberapa bulan atau lebih.
Diagnosa :Dua
dari infeksi kelamin paling umum pada kuda disebabkan oleh Klebsiella dan Pseudomonas spp.Diferensial
diagnose dari CEM dapat digunakan isolasiT. equigenitalis, sampel
untuk penanaman bakteri dapat diambil dari cervik atau
endometrium selama estrus. Usapan dari kuda jantan harus diambil
dariglans penis, glandis fossa, dan sinus uretra. Sampel bakteri
harus ditaruh dalam media transportasi Aimes(Dengan arang) dalam
pendinginan (4 sampai 6 ˚ C)dalam waktu 48 jam. Pada kuda, berbagai tes
darah dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri CEM. Pada
kuda jantan, tes antibodi tidak dapat terdeteksi.
Pengobatan :Prinsip
terapinya dengan menghilangkan dulu bakteri di dalam uterus, proses ini memakan
waktu samapai beberapa bulan. Terapi untuk alat kelamin eksternalkuda
betina dan kuda jantan dapat diobati dengan desinfektan dan
antibiotik. Pemberian Chlorexidine 2%dengan di gosok-gosok dengan lembut
pada genital eksternal kuda selama 5 hari berturut-turut, dapat juga diberikan
deterjen ataupun garam. Untuk pemberian antibiotic secara topikal dapat
menggunakan nitrofurazone.
EQUINE VIRAL ARTERITIS (EVA)
Etiologi :
- Virus RNA positif dari
golongan Arterivirus.
- Berukuran kecil,
beramplop, berbentuk icosahedral.
Gejala klinis :
- Demam (mencapai 41 0C).
- Depresi.
- Oedema (glandula mammae,
skrotum, dll).
- Konjungtivitis dan
leleran hidung.
- Abortus pada kuda yang
sedang bunting.
- Kematian pada anak
kuda yang baru lahir.
- Gangguan pernafasan.
- Gangguan saraf.
Patogenesis :Terdapat
beberapa cara penularan virus ini, yang paling banyak adalah lewat sistem
respiratori, melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Virus juga
dapat tertular melalui perkawinan atau inseminasi buatan. Kuda jantan dapat
menjadi carrier virus ini. Abortus terjadi 30 hari setelah
hewan terinfeksi virus. Dapat terjadi pada fase akut atau pada fase
penyembuhan.
Diagnosa :
- Melalui gejala klinis
- Tes laboratorium : uji
sampel darah, nasal swab dan semen untuk isolasi virus.
- PCR untuk mengetahui
jenis virus RNa, ELISA untuk mendeteksi antibody dan uji netralisasi virus.
Terapi :
- Betina : terapi
suportif.
- Jantan : menekan
hormon testosteron.
- Tidak ada pengobatan
pasti.
- Pencegahan dilakukan
dengan vaksinasi : "Arvac®" (Fort Dodge Animal Health, Overland Park,
KS USA), "Artervac®" (also manufactured by Fort Dodge Animal
Health).
EQUINE HERPES VIRUS-1 (EHV-1)
Etiologi :
- Virus RNA positif dari
golongan Arterivirus.
- Berukuran kecil,
beramplop, berbentuk icosahedral.
Gejala klinis :
- Abortus pada kuda yang
sedang bunting.
- Paralisis.
- Demam.
- Gangguan pernafasan.
- Gangguan saraf.
Patogenesis :Terdapat
beberapa cara penularan virus ini, yang paling banyak adalah lewat sistem
respiratori, melalui mucosal epithelium yang berada pada lapiasan atas saluran
pernafasan, dan melalui kontak langsung dengan sekresi hewan yang terinfeksi
virus (dari nasofaring, saluran reproduksi, atau fetus yang abortus). Virus
juga dapat tertular melalui perkawinan atau inseminasi buatan. Kuda terinfeksi
setelah 14 hari virus masuk ke dalam tubuh.
Diagnosa :
- Melalui gejala klinis
- Tes laboratorium : uji
sampel darah, nasal swab dan semen untuk isolasi virus.
- PCR untuk mengetahui
jenis virus RNa, ELISA untuk mendeteksi antibody dan uji netralisasi virus.
Terapi :
- Betina : terapi
suportif.
- Pencegahan dilakukan
dengan vaksinasi.
PENYAKIT YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS
PADA DOMBA
OVINE VIBRIOSIS
Etiologi :Campylobacter (Camphylobacter
fetus, Camphylobacter jejuni) Merupakan bakteri berbentuk batang, gram
negatif yang ditularkan melalui ingesta dan di feses, janin
diaborsikan, plasenta, dan leleran vagina domba yang keluar.
Gejala
Klinis :Abortus pada akhir kebuntingan, Stillbirth, Cempe lahir dengan
kondisi lemah, Metritis berkembang setelah abortus kemudian sakit dan mati, Subspecies
jejunum dapat menyebabkan diare.
Penularan :Lewat ingesti, melalui
bangkai, masa inkubasi 7-25 hari.
Diagnosa :Dengan
melihat plasenta yang mengalami keradangan, Oedema, Kotiledon fetus nekrosa dan
fetus yang diaborsikan dalam keadaan segar, Pada bebrapa kasus, subkutan fetus
oedema.
Terapi :Domba
yang abortus diisolasikan, Domba yang bunting diinjeksi 300.000 IU Penicillin
dan 1 g dihidrostreptomisin.
BRUCELLOSIS
Etiologi :Aborsi
pada domba dapat disebabkan oleh Brucella melitensis atau
jarang B. Ovis.
Gejala
Klinis :Domba umumnya tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat aborsi pada
trimester ketiga, kelahiran mati atau melahirkan seekor anak domba lemah. Domba
terbebas dari bakteri dalam beberapa minggu setelah aborsi.
Penularan :Melalui
Ingesti dan inhalasi, Feses yang terkontaminasi, Silase dengan pH meningkat
Diagnosa :Dengan
Isolasi mo dari feses, susu, jaringan fetus (hati), Jika isolasi mo dari
traktus genetal sebaiknya 10 hari setelah abortus sedang jaringan tubuh 25-36
hari, Imunofluorescent, Dengan Tes aglutinasi dan titer aglutinin perlu untuk
dipertimbangkan.
Terapi :Mengisolasi
domba yang abortus dan perbaikan pakan, Pemberian antibiotik dosis tinggi
selama 5 hari.
SALMONELLOSIS
Etiologi :Aborsi
pada domba dapat mengikuti infeksi denganSalmonella abortus-ovis, Salmonella
Montevideo, atauSalmonella arizonae.
Gejala
Klinis :Asympomatik, Abortus terjadi 6-25 hari setelah infeksi dan fetus
akan dikeluarkan secara kontinyu sampai hari ke 18 setelah abortus. Metritis
dan retensi plasenta sering mengikuti setelah abortus. Infeksi dapat
menyebabkan bakterimia, plasentitis diikuti dengan kematian fetus. Demam,
depresi dan diare.
Penularan :Melalui
domba-domba yang tercemar, Ingesti lewat makanan dan minuman yang tercemar.
Diagnosa :Dengan
Tes serologi. Identifikasi organisme dari isi perut fetus, jaringan plasenta
atau leleran vagina.
Terapi :Isolasi
hewan yang sakit. Pemberian chloramfenicol, furazolidone dan trimethropine,
Vaksinasi.
BLUETONGUE VIRUS
Etiologi : Bluetongue
virus, sebuah orbivirus, ditularkan oleh nyamuk (Culicoides variipennis).
Patogenesis : Domba
yang terinfeksi dapat aborsi, mengalami mumifikasi fetus atau membuat anak
domba mengalami cacat bawaan (hiydranencephaly,porencephaly, disgenesis
cerebellar, kelainan bentuk tulang).
Gejala Klinis :
· Abortus
· Mumifikasi fetus
· Cempe mengalami defek
konginetal (hydranencephaly, porencephaly, cerebellar dysgenesis, skeletal
deformities)
· Domba menunjukkan
tanda klinis demam, lameness,ulcer pada mulut dan
hidung, swollen tongue, ear dan face.
Penularan : ditularkan oleh
nyamuk (Culicoides variipennis).
TOXOPLASMOSIS
Etiologi :Domba
terinfeksi oleh Toxoplasma gondii melalui konsumsi pakan
terkontaminasi dengan oosista bersporulasi.
Gejala Klinis :
· Jika domba terinfeksi
14 hari kebuntingan asimptomatik
· Jika infeksi <>
· Jika infeksi pada
40-120 hari kebuntingan terjadi maserasi fetus, mumifikasi fetus, abortus.
· Jika infeksi 120 hari
kebuntingan menunjukkan stillbirth atau lahir lemah pada cempe
· Yang khas adalah
kotiledon berwarna terang sampai gelap dengan nodule putih kecil yang banyak
dengan diameter 1-3 mm.
Penularan :Penyebaran lewat vektor
yaitu kucing.
Diagnosa :Dilihat
dari sejarah dan gejala klinis. Pemeriksaan mikroskopik dengan pengecatan
Giemza atau Leisman dan histologik terhadap nodul. Atau dengan Tes serologic
serum induk.
Terapi :Sulfonamide.
PENYAKIT YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA KAMBING
LISTERIOSIS
Etiologi :Disebabkan oleh L.
Monocytogenes.
Patogenesis :Infeksi
pada awal kebuntingan oleh L. Monocytogenesdapat mengakibatkan
aborsi, sedangkan infeksi pada akhir kebuntingan menyebabkan kelahiran mati
atau kelahiran anak yang lemah.
Gejala
Klinis :Sebelum aborsi, bisa mengalami demam, penurunan nafsu makan,
dan produksi susu berkurang.
Diagnosa : Organisme
bisa ditumpahkan dalam susu setelah mengalami aborsi. Umumnya, bentuk
ensefalitis tidak terjadi bersamaan dengan aborsi. L. Monocytogenesbisa
bertahan di dalam tanah dan kotoran, dan tumbuh di jerami yang terfermentasi
sedikit. Aborsi dilaporkan setelah merumput pada rawa, tanah ber-pH tinggi.Listeria adalah
zoonotik dan dapat menyebabkan penyakit neurologik pada manusia.
BRUCELLOSIS
Etiologi :B.
melitensis ditransmisikan ke kambing melalui konsumsi pakan atau air
yang terkontaminasi.
Patogenesis :Pada
saat bunting, bakteri dapat menginfeksi plasenta dengan resultan aborsi akhir
kebuntingan. Organisme ini menyebabkan demam undulan (sinonim dengan demam
Malta, demam Gibraltar, dan demam Mediterania) pada manusia yang mengkonsumsi
susu terkontaminasi yang belum dipasteurisasi atau keju.
Gejala
Klinis :Menunjukkan tanda-tanda klinis demam, depresi, penurunan berat
badan, diare, mastitis, kepincangan, dan melahirkan anak-anak yang lemah.
Bakteri yang menumpahkan dalam susu, urine, kotoran, dan selama 2-3 bulan di
leleran vagina.
CAPRINE HERPESVIRUS
Etiologi :Caprine
herpesvirus adalah herpesvirus alpha yang dapat menyebabkan aborsi
pada akhir kebuntingan tanpa ada tanda-tanda klinis sebelumnya.
Patogenesis :dapat
menyebabkan aborsi pada akhir kebuntingan tanpa ada tanda-tanda klinis
sebelumnya. Virus ini juga dapat menyebabkan vulvovaginitis dan penyakit
pernapasan. kebuntingan berikutnya tidak terkena virus.
Diagnosis :Seperti
herpesvirus lainnya, herpesvirus kambing memiliki keadaan laten yang bisa
diaktifkan kembali oleh keadaan stres, imunosupresi atau mungkin dalam keadaan
estrus. Setelah reaktivasi, virus bisa dikeluarkan melalui rute pernapasan atau
kelamin.
TOKSOPLASMOSIS
Etiologi :Toxoplasma gondii.
Patogenesis :Toksoplasmosis
bisa menyebabkan aborsi, kelahiran mati, kematian janin, resorpsi janin,
kelahiran anak yang lemah, atau kelahiran anak sehat.
Diagnosis :Infeksi
pada kebuntingan (30 - 90 hari) umumnya menghasilkan resorpsi janin atau
mumifikasi, sedangkan infeksi pada paruh terakhir kebuntingan tidak menampakkan
gejala namun aborsi terjadi 2-3 minggu sebelum melahirkan. Aborsi
terjadi karena nekrosis dari kotiledon.
Penularan :protozoa
ini menular ke kucing melalui mengkonsumsi hewan pengerat atau burung yang
terinfeksi. Melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan feses kucing
yang mengandung oosit yang resisten; organisme kemudian memasuki aliran darah
dan menyebar ke plasenta dan janin. Toksoplasmosis merupakan zoonotik
potensial.
PENYAKIT YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA ANJING
BRUCELLOSIS
Etiologi :Pada anjing disebabkan oleh Brucella canis,
Brucella canis adalah bakteri gram negatif intraseluler coccobacillus.
Patogenesis :Infeksi dapat menyebabkan infertilitas, kematian embrio
dini, resorpsi janin, dan aborsi akhir kebuntingan.
Gejala Klinis :Anjing betina mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda
klinis sebelum aborsi. Setelah aborsi, leleran vagina serosanguinus dapat
muncul untuk 1-6 minggu. Sejumlah besar bakteri dapat berada dalam
material aborsi dan leleran dari vulva setelah aborsi. Sedangkan potensi
zoonosis B. canis lebih kecil dariBrucella sp.,
imunosupresi atau individu yang hamil harus menghindari kontak dengan cairan
atau jaringan yang diaborsikan.
CANINE HERPESVIRUS
Etiologi :Canine
herpesvirus.
Patogenesis :Dapat
menyebabkan aborsi, kelahiran mati dan resorpsi embrio. Infeksi neonatal
biasanya terjadi saat lahir, namun, infeksi transplasenta dapat terjadi dan
menyebabkan mumifikasi fetus atau fetus mati, kelahiran mati, atau kelahiran
anak anjing yang lemah.
Penularan :Seekor
anjing betina hamil dapat menjadi terinfeksi melalui kontak langsung dengan
sekretsi dari mukosa (pernapasan atau alat kelamin). Selain itu, infeksi laten
mungkin akan aktif kembali selama kebuntingan dengan virus yang dihasilkan
berubah.
CANINE DISTEMPER
Etiologi :Canine
distemper disebabkan oleh morbillivirus.
Patogenesis :Virus
ini telah terbukti menyebabkan aborsi, kelahiran mati dan infeksi bawaan pada
anak anjing. Abortus dapat diikuti infeksi sistemik dari induk anjing atau
infeksi transplasenta. Anak anjing yang terinfeksi transplacenta dapat
mengembangkan tanda-tanda neurologis dalam waktu 6 minggu setelah kelahiran.
CANINE PARVOVIRUS
TIPE 1
Etiologi :Canine
parvovirus tipe 1, agen penyebab minute virus of canines,
Patogenesis :Dapat
menyebabkan resorpsi embrio, kelahiran mati, atau kelahiran anak anjing yang
lemah.
TOXOPLASMOSIS
Etiologi :Disebabkan
oleh Toxoplasma gondii, dapat menyebabkan placentitis dengan
penyebaran takizoit pada fetus.
Patogenesis :Secara
percobaan infeksi pada anjing betina
menyebabkan infeksi kongenital dan aborsi.
NEOSPORA CANINUM
Etiologi :Oleh N. Caninum, telah terbukti secara
eksperimental untuk ditransmisikan transplacenta.
Patogenesis :Neosporosis dapat mengakibatkan kematian dini janin, mumifikasi,
resorpsi dan kelahiran anak anjing yang lemah. Namun, belum terbukti dapat
menyebabkan aborsi.
PENYAKIT YANG MENYEBABKAN INFERTILITAS PADA KUCING
FELINE
HERPESVIRUS
Etiologi :Feline
herpesvirus 1 merupakan herpesvirus alpha yang menyebabkan rhinotracheitis.
Patogenesis :Infeksi
secara eksperimen menyebabkan aborsi dan kematian janin intrauterina; Namun,
virus belum dapat diisolasi dari jaringan janin yang diaborsikan. Hickman
melaporkan bahwa dalam wabah herpesvirus di suatu koloni bebas patogen spesifik,
hanya 1 dari 51 kucing bunting pada saat awal wabah yang mengalami aborsi.
Namun, angka kematiannya 62% pada anak-anak kucing berumur 1 minggu yang lahir
dari induk kucing yang terinfeksi secara akut selama periode perinatal.
FELINE INFECTIOUS
PERITONITIS VIRUS
Etiologi :Feline
infeksius peritonitis disebabkan oleh coronavirus.
Patogenesis :Virus
ini dikaitkan dengan aborsi kebuntingan akhir, bayi lahir mati, resorpsi janin,
endometritis, dan kematian tinggi pada anak kucing pada minggu pertama kehidupan.
Beberapa kucing ras memiliki kecenderungan genetik untuk FIP (Heritabilitas
50%), dan dengan demikian tidak boleh digunakan sebagai pemuliaan hewan.
FELINE LEUKEMIA
VIRUS
Etiologi :Feline
leukemia adalah retrovirus.
Patogenesis :Dapat
mengakibatkan aborsi, infertilitas dan resorpsi janin. Umumnya, induk kucing
tidak menunjukkan gejala sebelum aborsi.
FELINE
PANLEUKOPENIA VIRUS
Etiologi :Feline
panleukopenia virus merupakan parvovirus.
Patogenesis :Dapat
menyebabkan aborsi, kelahiran mati, dan hipoplasia cerebellar pada anak kucing.
Tanda-tanda ini tidak selalu terkait dengan penyakit gastrointestinal klasik di
induk kucing.
REFERENSI
Anonimus, 2008, Leptospirosis Pada Babi.
Anonimus, 2010, Contagious Equine Metritis, United states departement
of agriculture.
Anonimus, 2010, Swine vesicular disease, Wikipedia
Daniel Givens, M., Marley, M.S.D. Infectious Causes Of Embrionic
And Fetal Mortality. Department of Clinical Sciences, College of
Veterinary Medicine, Auburn University, Auburn, AL 36849, United States.
Ratnawati D, Pratiwi C.W, dan Affandhy L., 2007,
Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong,Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian